KAKEK PEMBURU MAYAT
Pekerjaan yang dilakukan seorang nelayan di China ini
barangkali paling aneh di dunia. Wei Xinpeng, nama pria itu, biasa berburu
mayat di Sungai Kuning. Wei, seperti diungkapkan oleh laman BBC, kerap memulai
harinya dengan nongkrong sambil merokok di tepi sungai. Matanya mengamati air
Sungai Kuning yang keruh. Dia yakin, sungai itu pasti selalu menyimpan mayat
manusia, entah korban kecelakaan, dibunuh, atau pun bunuh diri.
Lelaki 55 tahun itu seperti hapal aliran sungai, dan
dia jeli melihat ke mana arus membawa mayat-mayat yang tenggelam di sungai itu.
Biasanya, Wei mendayung perahunya ke dekat satu jembatan kecil di hilir. Di
sana, biasanya mayat “parkir” sebentar, karena tersangkut di celah besi jembatan. Dalam tujuh tahun
terakhir, mencari mayat kini adalah kegiatan rutin Wei. Dia menjual temuannya
itu ke kerabat mayat bersangkutan. “Saya memberi penghargaan kepada si mayat,” ujarnya seperti dilansir dari laman BBC, Senin 22
November 2010.
Wei mengaku telah mengumpulkan sebanyak 500 mayat dari
dasar sungai. “Orang-orang ini mati dengan cara mengenaskan,” ujar Wei. Dia mengumpulkan mayat temuannya itu di
satu teluk kecil yang tak tersentuh arus. Mayat-mayat beragam bentuk itu
ditumpuk di sana. BBC melaporkan, di teluk kecil itu ada empat mayat yang
tubuhnya telah kaku, dengan kepala tertelungkup ke bawah. Setiap kali berhasil
menangguk mayat, Wei mengumumkannya di koran lokal. Dia menyebut ciri fisik
mayat itu, sehingga kerabat yang bersangkutan dapat segera mengenalinya.
Biasanya, kerabat si mayat akan menelepon Wei, dan meminta diantarkan ke tempat
dia menyimpannya.
Wei membawa kerabat si mayat ke teluk kecil itu. Dia
memasang sedikit tarif untuk jasa membalikkan tubuh si mayat agar wajahnya
dapat terlihat. Jika kerabat mayat ingin membawanya pulang, maka mereka harus
membayar uang tebusan sebesar lebih dari US$500, atau sekitar Rp. 4,4 juta. Wei
mengatakan, selama ini dia telah menjual sekitar 40 mayat. Tapi terkadang,
keluarga mayat enggan membayar, dan pulang tanpa membawa jenazah yang ditemukan
Wei. “Satu kali orang tua mencari anaknya. Mereka melihat sebentar, lalu pergi
tanpa berkata apa-apa. Mereka tak membawanya pulang,” ujar Wei.
Jika sudah begini, Wei terpaksa harus menguburkan
mayatnya secara pantas. Soalnya, pemerintah akan membiarkan mayat temuannya
membusuk tanpa melakukan apapun. Wei mengatakan apa yang dia lakukan bukan
semata-mata karena uang, tapi karena alasan lebih pribadi. Dia pun berkisah.
Pekerjaan ini, kata Wei, bermula dari usahanya untuk mencari anaknya sendiri,
yang tenggelam di Sungai Kuning. “Anak saya tenggelam di sungai ini dan saya
tidak dapat menemukan mayatnya. Sangat menyakitkan. Itu sebabnya saya melakukan
pekerjaan ini,” ujar Wei.
Putra Wei sampai sekarang belum ditemukan. (BBC)