Minggu, 22 April 2012

Cerita Cinta Seorang Suami


Aku membencinya!!!

Itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun bersedia dia nikahi, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua,membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain.
Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tetapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk mereka putri satu-satunya.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar- benar menjalani tugasku sebagai seorang istri.
Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur. Aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket.
Aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku. Aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi. Aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tetapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan. Dokterpun menolak menggugurkannya. Itulah kemarahanku terbesar padanya.
Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang kedelapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan.
Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Pagi itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya. Saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu.
Yaah..., aku merasa terjebak dengan perkimpoianku. Aku juga membenci kedua orangtuaku. Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak.
Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Setelah mereka pergi, aku memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai.
Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam, aku tak jua menemukannya.
Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan,aku menelepon suami dan bertanya...
“Maaf ya, Sayang! Kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu. Kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku,” katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara.
Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan, meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, Aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada di mana?” tanya suamiku cepat, sepertinya kuatir aku menutup telepon kembali.
Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi.
Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam. Aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “Selamat siang, Ibu. Apakah ibu ini istri dari Pak Armandi?”
Kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi. Ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian.
Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku.
Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, Serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.
Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah, ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama.
Saat itulah dadaku menjadi sesak, teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.
Air mata merebak di mataku, Mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap, berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, Aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja.
Tetapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tetapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makanannya, padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan.
Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak dia sukai.
Hampir seluruh keluarga kemudian tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, Karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa.
Ia pun pulang larut malam setiap hari karena jarak kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apa pun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besar membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya.
Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu.
Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan malah ibuku yang datang, Aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku.
Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tetapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali.
Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, tetapi sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana.
Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, tetapi sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnya pun tidak kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote.
Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya. Aku juga marah pada diriku sendiri. Aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang.
Tak ada lagi yang mengingatkanku shalat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku shalat karena aku ingin meminta maaf; meminta ampun pada Allah Yang Maha Pengampun karena menyia-nyiakan suami yang Dia anugerahi padaku; meminta ampun karena telah menjadi isteri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna.
Shalat-lah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang padaku ditunjukkanNya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belakan, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku.
Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli; yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku guna kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa.
Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga.
Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, Ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tetapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku:
Istriku Liliana tersayang!
Maaf karena aku harus meninggalkanmu terlebih dahulu. Maaf karena harus membuatmu bertanggungjawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah Yang Mahakuasa memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingimu, Sayang, selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja.
Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin Sayang dan anak-anak kita susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap Sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak- anak. Lakukanlah yang terbaik untuk mereka ya, Sayang!
Jangan menangis, Sayangku yang manja! Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku: maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah kelak isteri yang baik seperti Ibu.
Dan Farhan, ksatria kebanggaanku: jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat di manapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke!
Aku terisak membaca surat itu, Ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note. Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya.
Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku pun tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkan kami selama-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikah dengan seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri? Soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya, Bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata, “Cinta, Sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta,kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “Seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “Bukan, Sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tetapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus
 #copyright
»»  READMORE...

Sabtu, 21 April 2012

Cinta?

Seperti angin membadai, kau tak melihatnya.
Cinta?
Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda.
Tak terlihat. Hanya terasa, tapi sangat dahsyat.
Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya.
Begitulah cinta!
Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.
Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya.
Seperti itulah cinta!
Ia ditakdirkan jadi kekuatan angkara murka yang mengawal dan melindungi kebaikan.
Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia.
Lembut. Tak terlihat. Penuh haru biru. Padat makna. Sarat gairah. Dan, antagonis.
Inilah cinta J

#serialCinta-Anis Matta
»»  READMORE...

Hilang....


Senin ,12 Desember 2011

Seperti biasa hari-hari yang ku lalui tanpa mu.
Tanpa canda dan tawa riang yang tercipta denganmu...
Tak sperti hari kemarin yang aku lewati bersamamu begitu indah. namun cepat berlalu!
Sampai saat ini aku masih mengharapkan hari itu kembali dan kau hadir didalamnya.
Menemani sepi,sedihku yang tak pernah usai.
Namun,saat kau bersamaku semuanya mudah untuk ku lewati.
sungguh!
Hari ini dan esok pasti akan terasa sangat sepi.
Aku tak bsa merasakan belaian kasih sayang darimu lagi.
Tak bisa memanjakan diiriku padamu lagi.
Tak bisa beragi kesenangan dengan mu lagi.
Rasanya aneh ,seperti mimpi tapi ini sangat nyata!
Kenyataan yang ku lalui tak bersamamu lagi.
Kenyataan yang membuat aku takut akan mencintai lagi.
Takut akan sakit hati yang mungkin akan aku rasakan lagi...


Need You J
Tasya~



»»  READMORE...

Tidak Semua Hal Disampaikan Pria


Terkadang, seseorang tidak pernah menyampaikan satu hal kepada orang lain, begitu juga dengan pria. Namun kondisi ini bisa membantu Anda lebih mengenal pasangan.
Berikut beberapa hal yang tidak  disampaikan pria kepada Anda, yang dikutip dari timesofindia, Rabu (11/4).


Tak suka Anda terlalu akrab dengan temannya
Pria ingin pacarnya bergaul dengan teman-temannya. Tapi dia tidak suka kalau pacar dan temannya bergaul sepanjang waktu, karena ia khawatir jika sampai ada yang jatuh cinta.

Tidak suka Anda mengagumi pria lain
Pria tidak suka jika pacarnya mengagumi pria lain. Misalnya ketampanan Brad Pitt atau Salman Khan dengan tubuh atletisnya. Karena wanita juga pasti tidak suka jika pasangannya memuja Jessica Alba atau artis lain.

Khawatir Anda menemukan pria yang lebih baik
Bukan hanya wanita yang khawatir kehilangan orang yang mereka sayangi, pria juga. Hanya saja pria lebih memilih menyembunyikan rasa khawatir itu ketimbang wanita.

Pria ingin berpelukan saja dan tidak selalu memikirkan seks Bukan hanya wanita yang ingin berpegangan tangan dan duduk santai saja dengan pacarnya. Terkadang pria juga begitu. Hanya saja, jarang mengakuinya.

Tidak akan pernah cerita tentang kegiatannya di malam hari
Pria tidak akan pernah cerita apa yang dia lakukan saat keluar malam hari. Jangan pula berharap teman-temannya akan mengungkapkan hal itu.
»»  READMORE...

Mitos tentang CINTA dan faktanya ;)


      Beragam mitos tentang cinta telah beredar selama berabad-abad. Namun tak semua mitos tersebut benar. Berikut beberapa mitos yang ada serta faktanya.

Mitos : Cinta saja sudah cukup sebagai dasar berhubungan

Fakta : Dalam memilih pasangan, banyak orang yang mengedepankan perasaan cinta yang menggebu-gebu. Hal itu tidak salah, namun saat ingin menjalin hubungan yang lebih serius misalnya pernikahan, sekadar perasaan cinta yang menggebu saja tidak cukup. Layaknya tanaman, cinta pun membutuhkan nutrisi untuk menjaganya tetap hidup. Kepercayaan, toleransi, intimasi serta komitmen adalah nutrisi utama bagi perasaan cinta. Jika Anda hanya merasakan cinta, tanpa diikuti oleh nutrisinya, maka dapat dipastikan, perasaan itu tak akan bertahan lama.

Mitos : Cinta tak perlu dipelajari

Fakta : Cinta juga perlu dipelajari. Jika Anda menganggap cinta saja sudah cukup, maka secara otomatis Anda dan pasangan tak akan pernah belajar untukberkomunikasi dan menyelesaikan masalah. padahal, sebesar apapun cinta Anda, kerikil dalam hubungan tak akan bisa dihindari. Namun ketika badai dahsyat yang menguji cinta Anda bisa dilewati, maka ikatan Anda dan pasangan makin kuat. Oleh karena itu, jangan jadikan perasaan cinta Anda alasan untuk berhenti belajar dan mengenal pasangan lebih dalam.

Mitos : Pasangan tak akan berubah sampai kapanpun
Fakta : Setiap orang akan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Dulu si dia sering menulis puisi bagi Anda, namun kini, SMS romantis pun tak pernah ada. Anda tak bisa menahan perubahan tersebut. Yang bisa Anda lakukan adalah menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada maka Anda akan berbahagia. Lagipula, apakah cinta si dia hanya bisa dibuktikan lewat puisi-puisinya saja?

Mitos : Pasangan sempurna akan membuat Anda bahagia
Fakta : Tak ada seorangpun yang sempurna. Seperti kata pepatah, jangan menghabiskan waktu Anda untuk mencari orang yang sempurna. Tapi carilah seseorang yang bisa menyempurnakan kehidupan Anda. Si dia mungkin tak seganteng Brad Pitt, tak sekaya Donald Trump dan rambutnya tak setebal Sharuk Khan. Tapi kesabarannya dapat membuat hati Anda tenang setiap saat. Itulah pasangan yang 'sempurna'.

Mitos : Pernikahan adalah prestasi

Fakta : Jangan pernah terganggu dengan status sahabat yang sudah menikah. Menikah bukan prestasi. Memiliki suami bukan berarti Anda memiliki kelebihan dari wanita lain. Ketimbang putus asa karena status single, lebih baik buka pikiran Anda menjadi lebih positif. Aura dan emosi positif justru akan membuat Anda semakin menarik. Dan jika saatnya tepat, seorang 'pangeran' akan datang dan meminang Anda.


#sumber : yahoo :)
»»  READMORE...

Rabu, 18 April 2012

Today?

Sinar matahari sangat terik menyinari ubun-ubunku, rasanya aku ingin berteriak dan loncat ke kutub agar merasakan dingin. Jarak rumahku cukup jauh dari sekolahan, belum lagi aku harus melewati jalan besar yang sangat gersang. Huh sudah jengkel saja rasanya, dengan ditambah beban buku-buku sekolahku yang menumpang didalam tas gendongku memberatkan punggungku ini rasanya ingin aku lempar karena sangat berat. tapi inilah resiko hidupku jika ingin sukses. Sulit namun akan bahagia nanti jika kita bersungguh-sungguh.

Sesampai dirumah,aku berharap ada sebotol minuman segar untuk mengapus dahaga ini. Berlari ingin cepat sampai ke rumah. Tapi? saat kubuka pintu tak ada orang satupun, aku bingung kemana orang-orang dirumah seingatku hari ini tak ada acara keluarga. Akh..yasudah lah aku langsung saja menyimpan tas dan membuka kulkas, syukurlah ada air mineral dingin. Langsung ku minum dengan nikmat, mataku melihat selembar kertas memo tertempel dipintu kulkas yang isinya "Mama dan Ayah ada acara mendadak,tolong jaga rumah. Kami akan pulang secepat mungkin", baiklah hari ini aku sendirian dirumah. Ya, aku anak tunggal.

Aku telusuri dapur,aku harap ada sedikit makanan yang bisa ku makan,walaupun sisa makanan semalam. Huh perutku sudah berontak saja,cacing-cacing dperutku memang cukup ganas kalau sudah kelaparan hehehe...
ya Tuhan!!! Tak ada makanan, nasiblah aku harus menunggu orangtuaku pulang. Aku tak ada sisa uang jajan, uang jajan tadi habis untuk mebayar uang kas dikelas. Aku bingung harus melakukan apa dirumah ini, belajarpun aku bosan disekolah aku sudah cukup pusing dengan pelajara-pelajaran yang rumit apalagi matematika. Nonton tv? akh bosan sekali, acaranya tidak ada yang seru hanya itu-itu saja yang dibahas, kalau bukan tentang korupsi pasti tentang gosip para artis dan pejabat, sekalinya ada sinetron isinya lebay-lebay semua.

Hemm...
Lebih baik aku tidur siang saja, badan ku pun sangat lelah hari ini. Semoga saja dengan aku tidur siang, cacingku diperut akan diam sebentar hehehe...
Daaaahhh...
Aku tidur siang dulu :)
Semoga hari kalian menyenangkan~



@SNatasyaPG
»»  READMORE...

Mama :)

Seperti matahari
sinar kasihmu Mama
Seperti sungai 
Tak henti mengalir

Cinta milikmu mama
Semua kau beri mama
Tak mungkin dapat aku membalasnya

Bagai ranting yang kecil

Diriku mudah terguncang
Hidup yang kecil
Ditengah samudra

Tangan kasimu mama
Melindungi diriku 
Dari badai hidup yang
Datang menerpa

Terimakasihku padamu..
Oh.. Mamaaa
Sembah sujudku untukmu..
Selamanya...

Terimakasihku padamu...
Oh..Mamaa...
Mungkin ku bersalah...
Diperjalanan ini...
Maafkan...Maafkan mama...
»»  READMORE...

Minggu, 15 April 2012

Sari Natasya Puspagita

Hei kenalin dulu yah pemilik blog ini hehe :)
sebelumnya maaf maaf aja yah kalo isi blog ini kurang bagus atau apalah gitu, kurang enak hehe. makluk saya masih tahap pembelajaran hehe {}

Nama Lengkap : Sari Natasya Puspagita www.facebook.com/ntaspusgit

Panggilan : Tasya, Gita :)

TTL : Bogor, 03 Februari 1998

Alamat : Jl. Rs Au Atangsanjaya

Sekolah :
 * TK Ar-Rifqi
 * SDN Dramaga 4
 * SDN Curug 1
 *SMP Taruna Terpadu - Bogor Centre School (BORCESS)

Kelas : IX. Rsbi

Organisasi : * Wakil Ketua Osis SMP tapel 2010/2011

Status : Berpacaran hehehe XD
Dengan : Muhammad Dwi Cahya www.facebook.com/mdwiecahya
Anniversary : 19 oktober 2011

Hobi : * Ngeblog *Twitter-an *Facebook-an *YM-an *Tumblr-an *Baca Novel *Dengerin musik *Jalan-jalan *Nonton *Main-main
Cita-cita : Orang sukses (y)

Motto : "Pikirkan apa yang harus kita pikirkan"

Me&boyfriend :*

Hehehe segitu aja kali yah yang bisa dikasih tau , jangan banyak-banyak haha :D
kalo mau kenal lebih deket lagi bisa join bareng di facebook ,twitter , atau YM .

* facebook : www.facebook.com/ntaspusgit
* twitter : @SNatasyaPG
*YM : sarinatasyapuspagita@yahoo.com

Oh yaa...
thanks banget buat temen-temen yang udah sempet ngunjungin blog saya ini :)

»»  READMORE...

sepotong senja untuk mantan


Biarkan saja angin bersenandung sendiri
Biarkan saja wajahmu menggantung dalam sunyi
Biarkan saja tawa renyahmu menghantui hari
Itulah tanda
bahwa aku membiarkan diriku
untuk tetap merindukanmu
Hingga sekarang, masih ada doa yang mengaliri malam-malammu
Masih ada doa yang menghakimi kebahagiaanmu
Masih terucap lirih doaku, untuk menuntunmu pulang
kesini…
pulanglah…
aku merindukanmu

with love :)

 #Dwitasari :) @Teenlovefeel
»»  READMORE...

Ibu :)


Di saat aku tua, bukan lagi diriku yang dulu, maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku
Di saat aku menumpahkan kuah sayuran di bajuku, di saat aku tidak lagi mengingat cara mengikat tali sepatu, Ingatlah saat-saat bagaimana aku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya

Di saat aku dengan pikun nya mengulang terus-menerus ucapan yang membosankan mu, Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku,
Di masa kecilmu, aku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang telah kuceritakan ratusan kali sehingga dirimu terbuai dalam mimpi

Di saat aku membutuhkanmu untuk memandikanku, Janganlah menyalahkanku. Ingatkah di masa kecilmu, bagaimana aku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi?

Di saat aku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern, Tolong jangan tertawai aku... Renungkanlah bagaimana aku dengan sabarnya menjawab setiap "mengapa" yang kau ajukan saat itu

Di saat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan, Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku, bagaikan dimasa kecilmu, aku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan

Di saat aku melupakan topik pembicaraan kita, berilah sedikit waktu padaku utnuk mengingatnya. Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku, asalkan engkau berada di sisiku untuk mendengarkanku, aku telah bahagia.

Di saat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih. Maklumilah diriku, dukunglah aku, seperti aku terhadapmu ketika engkau mulai belajar tentang kehidupan...

Yaa Allååh Yang Maha Pengasih,kasihi ibu,bapak kami...
»»  READMORE...